Badak Jawa: Sang Cula Tunggal yang Memukau, Kekayaan Satwa Unik Indonesia yang Terancam Punah
Indonesia, negeri dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, menyimpan berbagai satwa unik yang tidak ditemukan di belahan dunia lain. Salah satunya adalah Badak Jawa ( Rhinoceros sondaicus ), mamalia besar yang menjadi ikon sekaligus simbol perjuangan konservasi. Dikenal juga dengan sebutan badak bercula satu, hewan ini memiliki ciri khas berupa satu cula kecil di hidungnya dan kulit tebal berlapis-lapis yang menyerupai baju zirah. Keunikan fisik ini menjadikan Badak Jawa sebagai salah satu satwa unik yang paling menarik perhatian para ilmuwan dan pecinta alam.
Habitat asli Badak Jawa dulunya tersebar luas di Asia Tenggara, namun kini populasinya sangat terbatas dan hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Kawasan hutan tropis yang lebat dengan sumber air yang melimpah menjadi rumah terakhir bagi satwa unik ini. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Desember 2024, diperkirakan hanya tersisa sekitar 80 individu Badak Jawa di alam liar. Jumlah yang sangat sedikit ini menempatkan Badak Jawa pada status Kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah spesies terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Ancaman utama bagi kelestarian satwa unik ini adalah hilangnya habitat akibat perambahan hutan dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan atau pemukiman. Selain itu, perburuan liar untuk diambil culanya juga menjadi faktor yang sangat mengkhawatirkan. Cula badak diperdagangkan secara ilegal dengan harga yang fantastis di pasar gelap, didorong oleh kepercayaan mitos yang keliru tentang khasiat obatnya. Patroli rutin yang dilakukan oleh petugas Taman Nasional Ujung Kulon bersama aparat kepolisian dari Polres Pandeglang pada tanggal 15 April 2025, misalnya, berhasil mencegah upaya perburuan di zona inti taman nasional.
Pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga terkait, seperti Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan didukung oleh organisasi konservasi internasional, terus melakukan berbagai upaya untuk melindungi Badak Jawa. Program-program seperti penguatan patroli, pemantauan populasi dengan kamera jebak, pengelolaan habitat, serta sosialisasi kepada masyarakat sekitar taman nasional terus digencarkan. Pada tanggal 22 Maret 2025, misalnya, tim monitoring berhasil mengidentifikasi tiga individu anak badak baru melalui rekaman kamera jebak di wilayah Semenanjung Ujung Kulon, memberikan harapan baru bagi masa depan spesies ini.
Keberadaan Badak Jawa bukan hanya sekadar bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Sebagai satwa unik yang menjadi warisan alam, perlindungan Badak Jawa adalah tanggung jawab kita bersama. Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, organisasi konservasi, hingga dunia internasional, sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa sang cula tunggal ini tidak hanya menjadi cerita di masa depan, tetapi tetap lestari di habitat aslinya.