Indonesia memiliki beragam Tarian Tradisional yang menyimpan nilai sejarah dan filosofi yang mendalam, dan banyak di antaranya lahir serta berkembang di lingkungan keraton. Salah satu contohnya adalah Tari Bedhaya, sebuah Tarian Tradisional klasik yang berasal dari lingkungan istana, khususnya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Tari Bedhaya bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga representasi spiritual dan simbolik yang berkaitan erat dengan sejarah dan kepercayaan kerajaan. Menjelajahi keindahan Tari Bedhaya akan membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang warisan budaya Jawa yang adiluhung.
Asal usul Tari Bedhaya memiliki kaitan erat dengan legenda dan mitos yang dipercaya di lingkungan keraton. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah hubungan spiritual antara pendiri Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati, dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan. Konon, Kanjeng Ratu Kidul turut menari bersama Panembahan Senopati, dan peristiwa inilah yang menjadi inspirasi awal terciptanya Tari Bedhaya. Pada acara peringatan Hari Jadi Keraton Yogyakarta yang diadakan di Bangsal Kencono pada tanggal 5 Mei 2025, seorang abdi dalem dan penari Bedhaya senior, Ibu Retno Wulandari, menjelaskan mengenai makna spiritual dan simbolik dalam Tari Bedhaya. Beliau menuturkan bahwa jumlah penari yang ganjil (biasanya tujuh atau sembilan) memiliki makna filosofis tersendiri, melambangkan berbagai aspek kehidupan dan kekuatan spiritual.
Lebih lanjut, Ibu Retno Wulandari menambahkan bahwa Tari Bedhaya memiliki gerakan-gerakan yang sangat halus, lembut, dan penuh harmoni. Setiap gerakan memiliki makna tersendiri dan rangkaian geraknya membentuk sebuah cerita atau narasi tertentu, seringkali berkaitan dengan mitos atau sejarah kerajaan. Iringan musik gamelan yang khusyuk semakin menambah suasana sakral dan magis dalam pertunjukan Tari Bedhaya. Busana penari Tari Bedhaya juga sangat khas, dengan riasan wajah yang anggun, sanggul besar dengan hiasan bunga melati, serta kain dodot yang dililitkan dengan teknik khusus.
Menurut catatan dari Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta pada tahun 2024, Tari Bedhaya masih dipentaskan dalam berbagai upacara penting di keraton, seperti penobatan raja atau acara peringatan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa Tari Bedhaya bukan hanya sekadar warisan seni, tetapi juga bagian penting dari identitas dan tradisi keraton. Keindahan dan kesakralan Tari Bedhaya terus memukau penonton dan menjadi salah satu ikon Tarian Tradisional Indonesia yang paling dihormati.
Sebagai kesimpulan, Tari Bedhaya adalah Tarian Tradisional yang berasal dari lingkungan keraton dan menyimpan kekayaan makna spiritual, sejarah, dan estetika yang mendalam. Kehalusan gerakan, iringan musik yang khusyuk, serta busana yang anggun menjadikan Tari Bedhaya sebagai warisan budaya yang sangat berharga dan patut untuk terus dilestarikan serta diapresiasi.